Laporan Penyakit Broncopneumonia
KASUS
Tn. Y berusia 45 tahun masuk RS dengan keluhan dispnea dan chest pain
yang dialami sejak seminggu lalu. Klien mengeluh nyeri dada seperti
tertusuk-tusuk yang membuatnya tidak bisa beraktivitas , klien nampak gelisah
dan wajah tampak meringis . Keluarga klien melaporkan bahwa pada saat dirumah
beberapa jam yang lalu saat klien mencoba bangun kekamar mandi pasien mengeluh
pusing sehingga perlu dibantu berjalan , selain itu keluarga juga melaporkan
klien sering batuk dan sulit untuk bernafas . Saat pengkajian nampak klien
sering menarik napas dalam , klien mengeluh selera makan kurang , jantung
kadang palpitasi dan menunjukkan wajah meringis sekali, klien kadang mengatakan
ada lendir/cairan kental dalam kerongkonganya dan ketika akan dikeluarkan
kadang hematemesis., menandakan adanya perlukaan dan destruksi jaringan. Klien
mengeluh pola tidurnya berubah / tidak normal, tidur tidak nyenyak , sering
terjaga pada malam hari dan merasa istirahat tidak cukup . Pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva anemis,kulit secara umum kemerahan dan pada saat
diraba kulit terasa hangat. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan Hb menurun. TTV
klien TD : 110/70mmHg,Nadi:104×/mnt,P:30×/Mnt,S:38•C
KATA KUNCI
a.
Dispnea
b.
Chest Pain
c.
Malaise
d.
Anoreksia
e.
Palpitasi
f.
Mukus
g.
Hematemesis
h.
Insomnia
i.
Anemis
j.
Eritema
KATA / PROBLEM KUNCI
a.
Dispnea :
Kesulitan bernafas
b.
Chest Pain :
Nyeri dada
c.
Malaise :
Gelisah
d.
Anoreksia :
Kurang selera makan
e.
Palpitasi :
Berdebar-debar
f.
Mukus :
Lendir
g.
Hematemesis :
Muntah darah
h.
Insomnia :
Kurang tidur
i.
Anemis :
Pucat
j.
Eritema :
Kemerahan
PERTANYAAN PENTING
a.
Apa yang dimaksud broncopneumonia ?
b.
Bagaimana etiologi dari
penyakit broncopneumonia ?
c.
Jelaskan patofisiologi
penyakit broncopneumonia
?
d.
Jelaskan manifestasi klinis
penyakit broncopneumonia
?
e.
Jelaskan klasifikasi penyakit broncopneumonia ?
f.
Apa pemeriksaan diagnosis penyakit broncopneumonia ?
g.
Bagaimana penatalaksanaan penyakit broncopneumonia ?
h.
Apa komplikasi pada penyakit broncopneumonia ?
i.
Diagnosa apa saja yang dapat
muncul dari penyakit emfisema paru?
JAWABAN PENTING
1.
Defenisi
Bronchopneumonia
adalah radang pada paru-paru yang
mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang
berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth,
2001).
2.
Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia
karena disebabkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen.Penyebab Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
a) Faktor predisposisi
-usia /umur
-genetik
b) Faktor pencetus
-gizi buruk/kurang
-berat badan lahir rendah (BBLR)
-tidak mendapatkan ASI yang memadai
-imunisasi yang tidak lengkap
-polusi udara
-kepadatan tempat tinggal
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
a) Faktor predisposisi
-usia /umur
-genetik
b) Faktor pencetus
-gizi buruk/kurang
-berat badan lahir rendah (BBLR)
-tidak mendapatkan ASI yang memadai
-imunisasi yang tidak lengkap
-polusi udara
-kepadatan tempat tinggal
3.
Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
b. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
c. Stadium III/hepatisasi kelabu (3 – 8 hari)
d. Stadium IV/resolusi (7 – 11 hari)
b. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
c. Stadium III/hepatisasi kelabu (3 – 8 hari)
d. Stadium IV/resolusi (7 – 11 hari)
4.
Manifestasi Klinik
• Biasanya didahului
infeksi traktus respiratoris atas
• Demam (390 – 400C)
kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
• Anak sangat gelisah,dan
adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan oleh
bernapas dan batuk
• Pernapasan cepat dan
dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut.
• Kadang-kadang disertai
muntah dan diare
• Adanya bunyi tambahan
pernapasan seperti ronchi, whezing.
• Rasa lelah akibat reaksi
peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
• Ventilasi mungkin
berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelektasis
absorbsi.
5. Klasifikasi
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
- Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
- Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
- Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
- Pneumonia aspirasi.
- Pneumonia pada penderita immunocompromised.
- Berdasarkan bakteri penyebab:
- Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
- Pneumonia virus.
- Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
- Berdasarkan predileksi infeksi:
- Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
- Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
- Pneumonia interstisial.
6. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang yang
dilakukan pada bronkopneumonia untuk menegakkan diagnosis diantaranya yaitu :
- Rontgen Dada : Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
- Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
- Pemeriksaan fungsi paru. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan volume paru mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.
- Analisa Gas Darah. Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil yang tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
- Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrate
- Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
- Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi.
- Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.
- Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita bronkopneumoni adalah:
-
Istirahat di tempat tidur
-
Posisi yang nyaman
-
Diberi O2 bila gelisah/sianosis
-
Kompres dingin
-
Diberi cairan infus: biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9%
dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl W mEg / 500 ml / botol infus
-
Medikamentosa:
Penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan
kloramferikol 50 – 70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4
– 5 hari.
8. Komplikasi
Penyakit bronkopneumonia
ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga terjadi bronkopneumonia pada
anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit
bronkopneumonia yaitu :
- Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
- Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
- Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
9. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak
efektif sehubungan dengan peningkatan produksi sputum
2. Kurangnya volume cairan dari
kebutuhan tubuh sehubungan dengan demam dan intake yang kurang
3. Gangguan pola tidur
sehubungan dengan batuk dan sesak nafas
4. Ansietas orang tua
berhubungan dengan sesak nafas anak dan hospitalisasi
5. Kurangnya pengetahuan orang
tua tentang cara perawatan ananya sehubungan dengan
kurangnya informasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar