Askep
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lebih dari separuh kematian karena
trauma kepala disebabkan oleh hipertensi intrakranial. Kenaikan tekanan
intrakranial (TIK) dihubungkan dengan penurunan tekanan perfusi dan aliran
darah serebral (CBF) dibawah tingkat kritis (60 mmHg) à berakibat
kerusakan otak iskemik. Pengendalian TIK yang berhasil mampu
meningkatkan outcome yang signifikan.
Telah dikembangkan pemantauan TIK tapi
belum ditemukan metode yang lebih akurat dan non invasive. Semoga dengan adanya
makalah ini, dapat membantu perawat dalam melakukan pengamatan penting karena
otak letaknya terkurung dalam kerangka yang kaku, penekanan tekanan dalam
rongga tengkorak dapat menghambat aliran darah otak yang bisa berakibat
gangguan fungsi otak yang permanen. Tengkorak bayi, yang belum kaku, merupakan
kekecualian dan penekanan tekanan intrakranial dapat diamati sebagai penonjolan
fontanel. Pemantauan TIK yang berkesinambungan bisa menunjukkan indikasi yang
tepat untuk mulai terapi dan mengefektifkan terapi, serta menentukan prognosis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa hal
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
a. Apa yang
dimaksud dengan peningkatan tekanan intra kranial?
b. Apakah etiologi
dari peningkatan tekanan intra kranial ?
c. Bagaimanakah
patofisiologinya?
d. Jelaskan
manifestasi klinis yang terjadi pada peningkatan tekanan intra kranial ?
e. Jelaskan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk peningkatan tekanan intra kranial ?
f. Apakah
komplikasi yang terjadi pada peningkatan tekanan intra kranial ?
g. Bagaimanakah
penatalaksanaan pada peningkatan tekanan intra kranial ?
h. Bagaimanakah
askep pada peningkatan tekanan intra kranial ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
a.
Untuk
mengetahui definisi peningkatan tekanan intra kranial (TIK)
b. Untuk
mengetahui etiologi dari peningkatan TIK
c.
Untuk
menjelaskan patofisiologi dari peningkatan TIK
d. Utnuk
menjelaskan manifestasi klinis dari peningkatan TIK
e.
Untuk
mengetahui jenis pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk peningkatan
TIK
f.
Untuk
mengetahui komplikasi yang terjadi pada peningkatan TIK
g. Untuk
menjelaskan penatalaksanaan dari peningkatan TIK
h. Untuk
menjelaskan askep pada peningkatan tekanan intra kranial
1.4 Sumber Data
Data-data yang kami sajikan dalam makalah ini merupakan
data yang bersumber dari buku-buku dan internet yang berhubungan dengan topik
yang diangkat.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang
digunakan untuk menyelesaikan makalah ini adalah bukan penelitian
lapangan,yaitu metode penelitian kepustakaan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Peningkatan
tekanan intracranial atau hipertensi intracranial adalah suatu keadaan
terjadinya peningkatan tekanan intracranial sebesar > 15 mmHg atau > 250
mmH2O. Peningkatan tekanan intracranial merupakan komplikasi yang serius yang
biasanya terjadi pada trauma kepala, perdarahan subarahnoid, hidrosefalue, SOL,
infeksi intracranial, hipoksia dan iskemi pada otak yang dapat menyebabkan
herniasi sehingga bisa terjadi henti nafas dan jantung ( Hudak & Gallo,
1998 ).
Peningkatan tekanan
intrakranial adalah suatu peningkatan di atas normal dari tekanan cairan
serebrospinal di dalam ruang subaraknoid. Normalnya tekanan intrakranial adalah antara 80-180 mm air
atau 0-15 mmHg.
2.2 Konsep Tekanan
Intrakranial
A.
Hipotesis moro-kellie
Diruang intrakranial terdapat 3 komponen yaitu: jaringan otak
(80%),cairan serebrospinal (10%). pada saat kondisi normal tekanan intra kranial (TIK) di
pertahankan tekanannya dibawah 15 mmHg. Sebagai dasar untuk memahami tentang fasiologi TIK adalah
dengan hipotesis monrokellie. Maksud dari hipotesis ini bahwa suatu peningkatan
volume dari suatu komponen intrakranial harus dikompensasi dengan suatu
penurunan satu atau lebih dari komponen yang lain sehingga volume total tetap
dipertahankan. Kompensasi ini dapat dilakukan namun mempunyai batas, yaitu dengan
cara pemindahan cairan serebrospinal dari ruang intrakranial menuju ruang
lumbal,
meningkatan
absorbsi cairan serebrospinal dan menekan agar tekanan sistem pena lebih rendah.
B.
Lengkung volume-tekanan
Pada otak sanggup mengembang,menunjukan adanya peningkatan volume intrakranial
dapat ditolereasi tanpa harus meningkatkan tekanan intranial (TIK). Namun bagaimana
pun juga kemampuan pengembang intrakranial ada batasnya.sekali pun ini
dibatasi,suatu keadaan dekompensasi dilakukan pada saat meningkatnya TIK. Hubungan antara
volume dengan perubahan tekanan intraktranial dan peningkatan kecil. Gambaran dalam
kurva inijuga dipengaruhi oleh penyebab dan kecepatan peningkatan volume dalam
ruang intraktranial,
misalnya para
klien dengan epidural hematome akut akan memperlihatkan kemunduran neorologi
yang lebih cepat bila dibandingkan dengan klien meningioma dan ukurannya sama.
C.
Aliran darah sereberal dan autoregulasi
Aliran darah sereberal sebanding dengan permintaan untuk kebutuhan metabolisme
dari otak.meskipun hanya 2 % dari berat badan, memerlukan
15-20% kardiak output dalam keadaan istirahat dan 15 % kebutuhan oksigen
tubuh. Dahulu diyakini bahwa
aliran darah sereberal tergantung pada tekanan arterial secara pasif. Bagaimana pun
otak secara normal mempunyai suatu kapasitas kompleks untuk mempertahankan
secara konstan aliran darah meskipun jarak perbedaan yang jauh dari
tekanan arteri adalah suatu efek dari suatu auto regulasi .tekanan arteri
rata-rata (mean arterial pressure/MAP) 50-150 mmHg tidak merubah aliran darah menuju serebral
pada saat mata autoregulasi.
Diluar batas atau regulasi,aliran darah serebral adalah kondisi akibat
asidosis,
alkalosis dan
perubahan dalam kecepatan metabolik.kondisi penyebab alkalosis (hipokapnia) menyebabkan
kontreksi pembuluh darah serebral. Suatu penurunan kecepatan metabolisme (misalnya hipotermia
atau karbiturat)
menurunkan
aliran darah serebral dan meningkatnya kecepatan metabolisme menyebabnya
peningkatan aliran darah serebral.
D.
Tekanan perfusi serebral
Sangat sulit menggukur aliran darah serebral didalam klinik. Tekanan perfusi
serebral,adalah suatu tekanan taksiran,dimana merupakan gradien tekanan darah
yang melintasi otak dan dihitung sebagai perbedaan antara tekanan arteri
rata-rata/ mean arterial pressure (MAP) yang masuk dengan tekanan intrakranial/intrakranial
pressure (ICP)
pada arteri.
CCP pada orang dewasa sekitar 80-100 mm
Hg, dengan range
antara 80-150 mm Hg.
CCP dapat
dipertahankan mendekati 60 mm Hg untuk memberikan kebutuhan darah keotak secara
adekuat. Jika tekanan
perfusi serebral menurun nilainya maka akan terjadi iskhemia. Tekanan perfusi
30 mm Hg atau dibawahnya akan menyebabkan hipoksia neuronal atau kematian sel.
2.3 Etiologi
Penyebab peningkatan tekanan intrakranial:
a.
Space occupying
yang meningkatkan volume jaringan
1.
Kontusio
serebri
2.
Hematoma
3.
Infark
4.
Abses
5.
Tumor
intrakranial
b.
Masalah serebral
1.
Peningkatan
produksi cairan serebrospinal
2.
Bendungan
sistem ventrikular.
3.
Menurun
absorbsi cairan serebrospinal.
c.
Edema
serebral
1.
Penggunaan zat
kontras yang merubah homestatis otak.
2.
Hidrasi yang
berlebihan dengan menggunakan larutan hipertonik.
3.
Pengaruh trauma
kepala.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial adalah:
1.
Hiperkapnia dan
hipoksemia.
2.
Obat-obatan vasodilasi
yang meningkatkan aliran darah ke otak (misalnya nicotinic acid, histamina dan
nydrochloride).
3.
Valsava manuver
(mengedan pada saat buang air besar dan turun dari tempat tidur)
4.
Posisi tubuh
seperti kepala lebih rendah, tengkurap, fleksi, ekstrim panggul dan fleksi leher.
5.
Kontraksi
otot isometrik,
gerakan kaki
mendorong papan kaki atau mendorong tempat tidur dengan satu tanggan.
6.
Rapid eye
movement (REM)
sleep yang
terjadi dengan mimpi.
7.
Keadaan yang
merangsang emosional klien (merasa sedih dengan penyakitnya ketidak berdayaan).
8.
Rangsangan
berbahaya,
misalnya
tertekuknya selang kateter, nyeri saat tindakan medis).
2.4 Patofisiologi
Peningkatan tekanan interakranial
adalah suatu mekanisme yang di akibatkan oleh beberapa kondisi neurologi. Ini sering
terjadi secara tiba-tiba dan memerlukan intervensi pembedahaan .
Isi dari tengkorak kepala, atau isi kranial adalah jaringan otak, pembuluh darah
dan cairan serebrospinal.
Bila terjadi peningkatan satu dari isi kranial mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial, sebab ruangan
kranial keras,
tertutup, tidak bisa
berkembang.
Peningkatan satu dari beberapa isi kranial biasanya disertai dengan pertukaran
timbal balik dalam satu volume yang satu dengan yang lain. Jaringan otak
tidak bisa berkembang ,tanpa berpengaruh serius pada aliran dan jumlah
cairan serebrospinal dan sirkulasi serebral.space accupying lesions (SOL) mengantikan dan
merubah jaringan otak sebagai suatu peningkatan tekanan. Peningkatan
tekanan dapat secara lambat (sehari/seminggu) atau secara
cepat, hal ini
tergantung pada penyebabnya.pada pertama kali satu hemisfere dari otak akan
dipengaruhi,
tetapi pada
akhirnya kedua hemisfere akan dipengaruhi.
Peningkatan tekanan intrakranial dalam ruangan kranial pada pertama kali dapat
dikompensasi dengan menekan vena dan pemindahan cairan serebrospinal. Bila tekanan
makin lama makin meningkat, aliran darah keserebral akan menurun dan
perfusi menjadi tidak adekuat, maka akan meningkatkan PCO2 dan menurunkan PO 2 dan PH. Hal ini akan
menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri. Edema lebih lanjut akan meningkatkan tekanan intrakranial
yang berat dan akan menyebabkan kompresi jaringan saraf.
Pada saat tekanan melampaui kemampuan otak untuk berkompensasi, maka untuk
meringankan tekanan,
otak
memindahkan ke bagian kaudal atau herniasi kebawah. Sebagai akibat
dari herniasi,
batang otak
akan terkena pada berbagai tingkat, yang mana penekanannya bisa mengenai pusat
vasomotor,
arteri serebral
posterior,
sarafokulomotorik, traktus
kortikospinal dan serabut-serabut saraf ascending reticular activating system. Akibatnya akan
menggangu mekanisme kesadaran, peraturan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan dan
temperatur tubuh.
Volume intracranial = Volume aliran
darah + Volume CSF
( 3 – 10 % ) (
8 – 12 % )
Otak mempunyai kemampuan mengatur
Cerebral Blood Flow ( CBF ) bila tekanan perfusi serebral berkisar antara
60-100 mmHg.
Faktor yang
bisa mempengaruhi kemampuan pembuluh darah otak dalam berkonstriksi /
berdilatasi adalah :
1. Iskemi
2. Hipoksia
3. Hiperkapnia
4. Trauma otak
Normalnya otak
dapat mengkompensasi adanya perubahan volume minimal yang disebabkan oleh
adanya kolaps sisterna, koma ventikel, dan system pembuluh darah dengan cara
menurunkan / meningkatkan reabsorpsi CSF. Mekanisme kompensasi terhadap peningkatan TIK menurut
Hudak & Gallo (1998) adalah sebagai berikut :
1.
Pemindahan CSF .
Ketika kompensasi ini terlampaui, TIK
akan meningkat selanjutnya pasien akan memperlihatkan adanya tanda-tanda
peningkatan TIK dan tentunya akan dilakukan upaya-upaya kompensasi lain untuk
menurunkan tekanan tersebut.
2.
Menurunkan
volume darah otak
Ketika terjadi
penurunan darah otak yang mencapai 40 % jaringan otak akan mengalami asidosis
dan apabila penurunan tersebut mencapai 60 % maka akan telah tampak adanya
kelainnan pada EEG. Kompensasi ini merubar metabolisme serebral dan umumnya
akan menimbulkan hipoksia dan beberapa bagian dari jaringan otak akan mengalami
nekrosis.
3.
Pemindahan
jaringan otak ke daerah tentorial sdibawal falk cerebri melalui foramen magnum
ke dalam kanal medulla spinalis
Shunting dari
darah vena keluar dari system otak. Kompensasi ini akan berjalan normal bila peningkatan
volume tidak terlalu besar. Apabila peningkatan volume terlalu besar, maka
kompensasi ini tidak adekuat sehingga memungkinkan terjadinya herniasi otak
yang dapat berakibat fatal.
Kemampuan otak dalam mengkompensasi
perubahan TIK dipengaruhi oleh:
1. Lokasi lesi
2. Kecepatan
ekspansi / pengembangan otak
3. Kemampuan
compliance / kapasitas penyeimbangan volume otak
Pathway
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
2.5 Manifestasi Klinik
a.
Penurunan
tingkat kesadaran.
Penurunan derajat kesadaran dikarenakan
:
1. Sebagian
besar otak terbenrtuk dari sel-sel tubuh yang sangat khusus, tetapi sensitif
terhadap perubahan kadar oksigen. Respon otak terhadap tidak mencukupinya
kebutuhan oksigen terlihat sebagai somnolen dan gangguan daya nalar (kognisi).
2. Fluktuasi
TIK akibat perubahan fisik pembuluh darah terminal. Oleh karena itu gejala awal
dari penurunan derajad kesadaran adalah somnolen, delirium dan letargi.
b.
Perubahan pupil
(pada awalnya akan konstriksi kemudian secara frogresif akan mengalami dilatasi
dan tidak beraksi terhadap cahaya.
c.
Perubahan
tanda-tanda vital.pada awalnya tekanan darah akan meningkat sebagai respon
terhadap iskhemik dari pusat motor di otak, kemudian akan
menurun.denyut nadi akan cepat dan irregular, temperatur
biasanya normal,
kecuali
infeksi.
d.
Disfungsi
motorik dan sensorik.
Pada tahap awal, monoparesis stau
hemiparesis terjadi akibat penekanantraktus piramidalis kontra lateral pada
massa. Pada tahap
selanjutnya hemiplegia, dekortikasi dan
deserebrasi dapat terjadi unilateral atau bilateral. Pada tahap akhir (terminal
menjelangmati) penderita menjadi flasid bilateral. Secara klinis sering terjadi
keracunan dengan respon primitif perkembangan manusia, yaitu reflek fleksi yang
disebut trifleksi (triple fleksion). Trifleklsiterjadi akibat aktivasimotoneuron difus dengan
hasil berupa aktivasi otot-otot fleksosr menjauhi rangsang nyeri (otot-otot
fleksor dipergelangan lutut, kaki, dan panggul mengkontraksikankeempatanggota
badan kearah badan). Trirefleks ini merupakan bentuk primitif refleks spinal.
Tanda fokal motor neuron dan
sensoris
hemipareses dan
hemiplegi. Tanda Babinski, Hiperefleksia, rigiditas tanda penurunan
fungsi motor.
Kejang dapat
terjadi. Herniasi di atas batang otak deserebrasi dan
dekortikasi.
e.
Kelainan
pengelihatan,berupa menurunya ketajaman pengelihatan,pengelihatan
kabur,dan diplopia.
f.
Sakit kepala.
Nyeri kepala terjadi akibat pereganggan
struktur intrakranial yang peka nyeri (duramater, pembuluh darah besar basis
kranji, sinus nervus dan bridging veins). Nyeri terjadiakibat penekanan langsung akibat pelebaran
pebuluh darah saat kompensasi. Nyeri kepala I pada kelainan ini sering dilaporkan sebagi
nyeri yang bertambah hebat saat bangkit dari tidur di pagi hari. Hal ini
dikarenakan secara normal terjadipeningkatan aktivitas metabolisme yang paling
tinggi saat pagi hari, dimana pada saat tidurmenjelangbangun pagi fase REM
mengaktifkan metabolisme dan produksi CO2. Dengan peningkatan kadar
CO2 terjadilah vasodilatasi.
g.
Muntah tanpa
nausea dan proyektil.
Muntah Projectile
vomiting akibat peningkatan ICP.Muntah akibat PTIK tidak selalu sering dijumpai
pada orang dewasa.Muntahdisebabkan adanya kelainan di infratentorial atau
akibat penekanan langsungpada pusat muntah.Kita belum mengerti secara lengkap
bagaimana mekanismerefleks muntah terjadi. Muntah dapat didahului oleh mual /
dispepsia atau tidak.Seandainya didahului oleh perasaan mual / dispepesia,
berarti terjadi aktivasi saraf-saraf ke otot. Bantu pernafasan akibat kontraksi
mendadak otot-otot abdomen dan thoraks.
h.
Perubahan tekanan darah dan denyut nadi
Karena penekanan ke batang otak terjadi
perubahan tekanan darah. Penekananke batang otak
menyebabkan susasana iskemik di pusat vasomotorik di batangotak. Seiring
dengan meningkatnya TIK, refleks rtespon Chusing teraktivasi agar tetap menjaga
tekanan didalam pembuluh darah serebral tetap lebih tinggi daripada TIK.
Dengan meningginya tekanan darah, curah
jantungpun bertambah dengan meningkatnyakegiatan pompa jantung yang tercermin
dengan semakin memburuknya kondisipenderitaakan terjadi penurunan tekanan
darah.Pada tahap awal denyut nadi masih relatif stabil dengan semakin
meningkatnya TIK, denyut nadi akan semakin menurun
kearah 60 kali permenit sebagai usahakompensasi. Menurunnya denyut nadi dan
“isi“ denyut terjadi sebagai upaya jatung untuk memompa akan ireguler, cepat, “
halus“ dan akhirnya menghilang.
i.
Perubahan pola pernafasan
Respirasi karena
herniasi otak sering menyebabkan disrithmia pada respirasi.Cheyne - Stokes,
Hiperventilasi, Apneustic, Cluster breathing, ataxic breathing, Gasping
Breathing, Depressed breathing.
j.
Perubahn suhu badan
Peningkatan suhu
badan biasanya berhubungan dengan disfungsi hipothalamus. Pada fase kompensasi,
suhu badan mungkin masih dalam batas normal. Padafase dekompensasi akan terjadi
peningkatan suhu badan sangat cepat dan sangattinggi. Melonjaknya suhu badan
dapat juga terjadi akibat infeksi sekunder, tetapi jarang yang
mencapai sangat tinggi
sebagaimana halnya akibat gangguan fungsi hipothalamus. Hipertermia akibat
gagal pusat termoregulasi.
k.
Hilangnya refleks – refleks batang otak
Pada tahap lanjut PTIK terjadi penekanan
kebatang otak yang berakibat hilangnya atau disfungsi refleks-refleks batang
otak. Refleks-refleks ini diantaranya Refleks kornea, Oukosefalik, dan
Aukulovestibuler. Prognosis penderita akan menjadi buruk bila terjadi
refleks-refleks tersebut.
Hiccuping (cegukan) kompresi
nerves vagus kontraksi
spasmodik diafragma akibat kompresi
batang otak karena herniasi segera
laporkan dokter.
l.
Papiledema
Tergantung keadaan yang ada, pail oedema
dapat terjadi akibat PTIK, atau memang sudah ada sejak
awal. Papiloedema akibat PTIK tak akan terjadi seandainya belum menjadi tingkat
yang sangat tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa tak adanya papiloedema tak
beraarti tak ada PTIK. Pada beberapa orang dapat ada jika PTIK
terjadi secara bertahap. Papiledema perbesaran
blindspot
ketajaman penglihatan turun.
2.6
Pemeriksaan
Diagnostik / Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik /
Penunjang yang dapat dilakukan untuk Peningkatan Tekanan Intrakranial
antara lain :
a.
CT
Scan
b.
MRI
c.
Cerebral
angiography
d.
PET
e.
SPECT
2.7 Komplikasi
Komplikasi
dari Peningkatan Tekanan Intrakranial, yaitu :
1.
Herniasi
batang otak ireversible
anoxia otak.
2.
Diabetes
Insipidus akibat penurunan sekresi ADH kelebihan
urine, penurunan osmolaritas urine, serum hiperosmolaritas dengan terapi :
cairan, elektrolit, vasopresin.
3.
Sindrome
of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH) peningkatan
sekresi ADH kebalikan Diabetes insipidus terapi
: batasi cairan, 3 % hipertonic saline solution
hati-hati
central pontine myelolysis tetraplegia dengan
defisit nerves cranial. Terapi lain SIADH lithium
carbonate / demeclocycline blok
aksi ADH.
2.8 Penatalaksana Terapeutik
a.
Pengobatan
peningkatan tekanan intrakranial.
1.
Pembedahaan
Dilakukan pada
kline dengan tumor otak ,abses,pendarahan subdura atau epidura hematom.
2.
Terapi obat :
diuresis osmotik (manitol, gliserol, glumosa dan urea, furosemide/lasix), kortikosteroid, antikonvulsi dan antihipertensi.
b.
Pembatasan
cairan.pemasukan cairan biasanya diberikan antara 900 ml/24jam sampai dengan
2500 ml/24 jam.
c.
Hiperventilasi
untuk mempertahankan PO2 dan PCO2 dalam batas normal.
d.
Pengontrolan
temperatur tubuh.
e.
Pengaliran
cairan serebrospinal dengan kateter drainage yang merupakan tindakan sementara.
f.
Terapi koma
barbiturat bila pengobatan untuk mengatasi hipertensi intrakranial tidak ada
perubahan.
2.9
Asuhan Keperawatan Dengan
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
a.
Pengkajian
1.
Riwayat terkait
dengan penyebab peningkatan tekanan intrakranial,seperti trauma kepala,tumor
otak,abses,hipoksia,peradangan selaput/otak,mendapat terapi cairan
hipertonik,dan kelebihan cairan serebrospinal.
2.
Pengkajian
fisik yang meliputi : tingkat kesadaran,pupil,perubahan motorik dan
sensorik,tanda-tanda vital,keluhan sakit kepala,mual dan muntah.
3.
Psikososial yang
meliputi: usia,jenis kelamin,strategi kopingdan penerimaan terhadap kondisi.
4.
Pengkajian
pengetahuan:etiologi,pengobatan,tanda dan gejala peningkatan tekanan
intrakranial,tingkat pengetahuan dan kemampuan membaca.
b.
Diagnosa keperawatan
1.
Perubahan
perfusi jaringan: serebral berhubungan dengan peningkatan jaringan otak,volume
darah intrakranial,volume cairan serebrospinal.
- Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neurologis (kompresi batang otak, perpindahan struktural)
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya refleks pelindung (batuk, muntah)
4.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakratial.
- kurang volume cairan berhungan terapi diuretik,pembatasan cairan diabetes insipidus.
c. Intervensi
1.
Perubahan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan
peningkatan jaringan otak, volume darah intrakranial, volume cairan
serebrospinal.
Tujuan :
Klien akan
memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi
a)
Observasi
tingkat klien,
tingkah laku, fungsi
motorik/sensorik,
pupil setiap
1-2 jam sekali dan sebagaimana kebutuhan.
b)
Monitor
tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai dengan 1 jam dan sebagaimana
kebutuhan: perubahan pernafasan merupakan tanda awal dari peningkatan tekana n
intakranial dan hipoksia/hiperkapnia.
c)
Monitor nilai
analisa gas darah arteri untuk ketidaknormalan asam basa dan penurunan
saturasi oksigen.
d)
Hiperventilasi
sebelum penghisapan sekret; batasi penghisapan sekret 10-15 detik untuk
mengurangi kadar CO2,
untuk
meningkatkan kadra oksigenasi dan mencegas hipoksia.
e)
Monitor
peningkatan takanan intrakranial setiap 15 menit sampai dengan 1 jam dan
sebagaimana kebutuhan.
f)
Pertahankan
aliran vena yang keluar dari otak dengan meninggikan bagian kepala tempat
tidur.
g)
Monitor
pemasukan dan pengeluaran, elektrolit dan berat jenis untuk menetapkan kemungkinan
ketidakseimbangan cairan yang mendukung terjadinya edema serebral.
h)
Berikan cairan
dengan jumlah terbatas (1400cc/24jam) untuk mencegah edema serebral.
i)
Intruksi untuk
tidak melakukan aktivitas yang dapat meningkatan intratoraks dan intra abdomen
(misalnya mengedan,
latihan
isometric,
fleksi panggul, batuk).
j)
Observasi
tingkat kenyamanan klien (sakit kepala, mual, muntah) dimana merupakan indikasi adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
k)
Berikan
obat-obatan sesuai dengan intruksi (misalnya pelunak feses, antiemetik, analgesik)
evaluasi efektifitasnya.
l)
Berikan steroid
untuk mencegah edema serebri sebagaimana intruksi.
m)
Kelola asuahan
keperawatan yang diberikan untuk memberikan waktu istirahat yang optimal bagi
klien.
n)
Gunakan teknik
aseptik dan antiseptik secara optimal pada setiap memgganti selang atau
balutan.
o)
Laporkan segera
pada dokter bila ada perubahan neorologi (misalnya tanda-tanda vital).
p)
Lakukan
tindakan sesuai kebijakan institusi untuk mengatasi peningkatan tekanan
intrakranial sebagaimana intruksi : pemberian diuretik, mengatasi
keadaan hiportemia,
mempersiapkan
klien untuk pembedahan.
Kriteria evaluasi klien :
a.
Memiliki
tekanan intrakranial 0-15 mmHg
b.
Memperlihatkan
perbaikan status neurologi
2. Pola pernafasan
tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neurologis (kompresi batang
otak, perpindahan struktural)
Tujuan : Mencapai pola
nafas adekuat
Intervensi :
a)
Monitor
irama napas Cheyene-Stokes (tekanan pada struktur
nidline), Hyperventilasi (tekanan pada otak tengah), ireguler / henti (tekanan
batang otak)
b)
Monitor
PaCO2 pertahankan
level 35-45 mmHg
3. Bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya refleks pelindung (batuk,
muntah)
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas yang
paten
Intervensi :
a)
Suctioning
sekret hati-hati meningkatkan
ICP
b)
Hiperoksigenasi
sebelum suctioning
c)
Kurangi
batuk
d) Kaji
suara paru tiap 8 jam
kongesti
e)
Elevasi
tempat tidur bagian kepala
4. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan :
Klien akan
memperlihatkan pertukaran gas yang efektif.
Intervensi
a)
Kaji tingkat
kesadaran klien,kemampuan membuka jalan nafas.
b)
Pertahankan
patensi jalan nafas dengan posisi yang benar dan lakukan penghisapan sekresi.
c)
Monitor
kecepatan nafas,
irama dan kedalaman
setiap 15 menit sampai dengan 1 jam.
d)
Auskulatasi
suara nafas setiap
2-4 jam.
e)
Kaji status
sirkulasi (denyut nadi,
tekanan darah, warna kulit)
setiap jam untuk mendeteksi hipoksia.
f)
Monitor nilai
analisa gas darah untuk ketidaknormalan asam basa dan menurun saturasi oksigen.
g)
Berikan oksigen
sebagaimana intruksi.
h)
Anjurkan nafas
dalam dan batasi batuk setiap 1-2 jam.
i)
Kaji warna
jumlah,konsisiten sekresi paru.sebagaimana kebutuhan untuk menetapkan
kebutuhan untuk kultur sputum dan pengobatan.
Kriteria evaluasi
Kilen :
a)
Memiliki nilai
analisis gas darah dalam batas normal.
b)
Mnempertahankan
kecepatan napas 12-24 kali/menit.
c)
Memiliki
pengembangan bilateral paru secara adekuat.
5. Kurang volume
cairan berhungan terapi diuretik, pembatasan cairan diabetes insipidus.
Tujuan :
Klien akan
memperlihatkan keseimbangan cairan yang adekuat.
Intervensi
a)
Monitor
pemasukan dan pengeluaran : laporkan kedokter bila pengeluaran urin kurang dari
30cc/jam.
b)
Monitor hasil
laboratorium (misalnya ,elekrolit,osmolaritas,BUN,kreatinin).
c)
Periksa BJ urin
setiap 1-4 jam untuk SIADH dan diabetes insifidus.
d)
Timbang berat
badan klien setiap hari untuk kemungkinan adanya kenaikan akibat retensi
cairan.
e)
Monitor
tanda-tanda vital setiap 1-2 jam untuk adanya respon hemodinamik terhadap
hipo/hipervolemia.
f)
Kaji tugor
kulit klien dan adanya edema setiap 4 jam.
g)
Berikan cairan
dan obat-obatan sebagaimana instruksi.
h)
Eveluasi
efektifitas intervensi (cairan meningkat atau menurun,penggantian elektrolit).
Kriteria evaluasi
Klien
a)
Mengeluarkan
urin sekitar 30cc/jam.
b)
Mempertahankan
elektrolit,osmolaritas ,BJ urin dalam batas normal.
c)
Bebas dari
kelebihan /kekurangan cairan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peningkatan
tekanan intracranial atau hipertensi intracranial adalah suatu keadaan terjadinya
peningkatan tekanan intracranial sebesar > 15 mmHg atau > 250 mmH2O.
Peningkatan tekanan intracranial merupakan komplikasi yang serius yang biasanya
terjadi pada trauma kepala, perdarahan subarahnoid, hidrosefalue, SOL, infeksi
intracranial, hipoksia dan iskemi pada otak yang dapat menyebabkan herniasi
sehingga bisa terjadi henti nafas dan jantung.
Konsep tekanan
intrakranial ada 4 yaitu hipotesis
moro-kellie, lengkung volume-tekanan, aliran darah sereberal dan autoregulasi, dan tekanan perfusi serebral. Sedangkan etiologi atau
penyebabnya yaitu space occupying
yang meningkatkan volume jaringan, masalah serebral, edema serebral.
Adapun tanda dan gejala dari
peningkatan TIK yaitu penurunan tingkat kesadaran, perubahan pupil, perubahan tanda-tanda vital, disfungsi motorik dan sensorik, kelainan
pengelihatan, sakit kepala, muntah tanpa
nausea dan proyektil,
perubahan tekanan darah dan
denyut nadi, perubahan pola pernafasan, perubahn suhu badan, hilangnya refleks
– refleks batang otak, papiledema.
Bila peningkatan TIK ini tidak
segera di atasi maka dapat menimbulkan beberapa komplikasi diantaranya herniasi batang otak, diabetes
Insipidus, sindrome
of Inappropriate Antidiuretic Hormone
3.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang peningkatan
Tekanan intrakranial ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi
acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku Ed. 3. Jakarta : EGC
Mumenthaler,
Mark. 1995. Neurology. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Trans Info Media
www.pediatrics-undip.com/.../...
http://ilmukeperawatanku.blogspot.com/2011/01/askep-peningkatan-tekanan-intrakranial.html
http://petrus88.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-ptik.html diunduh tangal 13 Februari 2013
http://petrus88.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-ptik.html diunduh tangal 13 Februari 2013

Tidak ada komentar:
Posting Komentar